<body>
Freedom #1
Kamis, 09 Desember 2010

Yusuke Sawada, 30

Summer 1991
Wednesday, 1st Week of July, 01:30 PM
St. Pancras Hospital, London



"Dulu, aku yang duduk disitu," ujar Kaori tiba-tiba sembari melirik posisi Rei berada dimana ia duduk tepat di sebelah ranjang Benaya. Yusuke tersenyum kecil mendengarnya, "Ya, aku tahu," bisiknya, "Duabelas tahun yang lalu, keadaan yang hampir sama—"

Yusuke memandang sedih putra angkatnya yang masih tak sadarkan diri. Genap tiga hari berlalu Ben dirawat di rumah sakit dan belum ada tanda-tanda siuman. Koma, kata Dr. Lee, dan keadaannya hampir tidak jauh berbeda dari apa yang pernah dialami Yusuke di masa sekolahnya dulu. Kepala Ben yang terbalut oleh perban, pernapasannya dibantu oleh masker oksigen. Hanya tulang punggung yang patah.

Ben, setidaknya, lebih beruntung—mungkin.

"—dan kemungkinan besar Ben akan mengalami hal yang sama denganku," lanjutnya lirih. Kaori nampak terkejut. Yusuke menarik napas dalam sebelum melanjutkan lagi penjelasannya, "Benturan pemukul Baseball itu berakibat fatal. Aluminium. Kepalanya bocor. Lukanya jauh lebih dalam dari apa yang pernah kualami," reflek Yusuke menyentuh sisi kanan kepalanya yang memiliki bekas luka itu; luka yang didapatkannya duabelas tahun silam dalam sebuah kecelakaan.

"...amnesia?" Lirih Kaori.

Yusuke mengangguk pelan, "Kemungkinan terburuk," ujarnya, "walau kata Dr. Lee bisa jadi Ben hanya akan mengalami gegar otak, namun melihat keadaannya waktu itu—aku tak yakin," Yusuke meringis setiap kali mengingatnya. Siapa yang tidak terpukul melihat putranya disakiti sedemikian rupa?

Ya, Ben adalah putranya. Benaya Sawada.

Bukan lagi Elsveta.

"Dan keadaan Mandy," Yusuke menelan ludahnya. Matanya mengarah ke ranjang dimana Ben tengah terbaring, "aku tak berani menyampaikannya, Nee-chan. Ben sangat menyayangi ibu kandungnya...," lirih Yusuke, "...aku tak bisa membayangkan apa reaksinya begitu Ben tahu ibunya sudah tak ada lagi," dan Yusuke terdiam. Bagaimanapun ia harus menyampaikan hal itu pada Ben—tidak tepat setelah ia sadar, tentunya, karena memang harus mencari waktu yang tepat. Dan Yusuke tak tahu itu kapan.

Masih lekat dalam ingatan Yusuke keadaan Mandy waktu itu; sama sekaratnya dengan Ben. Yusuke berusaha menyelamatkan keduanya sebisa mungkin. Dalam kasus Mandy, lukanya jauh lebih parah dari Benaya dan pria itu yakin Mandy-lah yang melindungi Ben selama ini dari siksaan Marquis—begitu melihat bekas tamparan di wajahnya. Yusuke belum pernah bertemu dengan Mandy sebelumnya.

Itulah pertemuan pertama sekaligus terakhir kalinya.

Melirik jam tangannya, Yusuke berdecak kesal, "Aku harus kembali. Rita bisa marah kalau aku tak kembali sebelum jam dua siang," dipeluknya sang kakak kemudian ia berjalan menghampiri istrinya, merangkulnya sembari memberi kecupan di puncak kepalanya dan berbisik, "aku pergi dulu. Hubungi aku kalau terjadi sesua—"

"Yusu.., kau lihat barusan?" Rei berucap lirih, terkejut.

Yusuke mengerjap.

"...Ben?"

Siumankah ia?

Label:



Profile
your zone for roleplaying


Janani ;DD
Blog ini dibuat untuk para RPers yang tidak sempat menyelesaikan plot RPnya di RPF mana pun. Blog ini dibuat untuk para RPers yang ingin nge-RP dengan setting dunia sebebas-bebasnya. Caranya? IM saya ke usaneko_uq (YM) dan beritahukan gmail Anda untuk saya invite menjadi penulis di blog ini. Atau kirimkan post RP Anda lewat email ke usaneko_uq@yahoo.com


Tagboard
scream out loud

Contents
roleplay title on going

Freedom ||. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend.

Archives
gone with the wind

Desember 2010

Credits
take a bow

Designer
Inspiration