<body>
Freedom #4
Kamis, 09 Desember 2010

Benaya Sawada, 13

Membuka mata membuat bocah pirang platina itu merasa seperti berada di atas kapal yang terombang-ambing oleh ombak yang ganas. Ia merasa ingin muntah hanya karena sensasinya. Bibirnya terasa sakit ketika digerakkan untuk bicara selirih apapun, ada bekas luka yang mengering pada sudut bibir kirinya. Bocah tiga belas tahun itu menggigil. Ketakutan. Ditambah dengan kebingungan total yang bertubi-tubi menderanya setiap kali mendengar nama Ben disebut orang-orang asing itu kepadanya. Siapa Ben? Kenapa mereka memanggil dirinya Ben? Siapa mereka? Siapa dirinya? Ini dimana? Kenapa sekujur tubuhnya begitu sakit sampai-sampai ia berharap ingin mati? Pertanyaan itu terus-menerus terulang di kepalanya. Seperti pusaran tanya yang tak henti-henti berputar, membuatnya sesak. Sesak. Ia ingin marah.


Pria asing berkulit gelap itu kemudian bertanya padanya, apakah ia mengingatnya atau tidak. Wanita yang di dekatnya lalu ikut bertanya, menyebut dirinya sendiri mama. Apakah wanita itu mamanya? Wanita berwajah Asia itu? Wanita yang bahkan baru dilihatnya sekarang? Dan sekali lagi nama Ben terucap. Siapa Ben? Aku? Siapa aku? Bocah itu pucat pasi meski tak banyak ekspresi yang terlihat di wajahnya karena ia begitu lemah. Ia tak bisa banyak bergerak, tak bisa banyak bicara namun pikirannya tidak begitu. Ia takut. Ia kalut. Tiga orang asing itu menatapnya dengan tatapan yang membuatnya semakin merasa tidak baik. Kenapa mereka terlihat sedih?


"Aku... tidak kenal... kalian," ujarnya lirih. Nafasnya yang tersengal menciptakan embun pada masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya. "Aku tidak ingat..."


Kumohon, seseorang jelaskan apa yang terjadi padaku sekarang.


"Aku..." pandangannya menggelap ketika kantuk yang amat sangat menyerang kesadarannya, "...pa?"


Kesadarannya datang dan pergi. Sesekali ia tersadar dan mendengar orang-orang asing membicarakan dirinya. Menanyakan kondisinya pada seseorang yang ia perkirakan dokter yang merawatnya. "...Amnesia." Lalu kesadarannya kembali hilang.


***

Summer 1991
Saturday, 1st Week of July, 01:30 PM
St. Pancras Hospital, London




Tiga hari berlalu begitu saja dengan kondisi antara sadar dan tidak. Rasanya seperti berada dalam peti kayu yang tertutup rapat di ruang penyimpanan sebuah kapal laut yang terombang-ambing. Yang sesekali dibuka lalu ditutup kembali. Ia merasa ada namun juga tak ada. Tak tahu berapa lama waktu telah berlalu dan sampai kapan keadaannya akan terus seperti itu. Waktu tak bekerja di dunianya yang sekarang. Setidaknya sampai beberapa saat kemudian ketika ia tersadar kembali.

Dan mendapati orang asing itu masih ada di dekatnya, menggenggam tangannya dan menatapnya dengan tatapan yang ia benci. Tatapan mengasihani.

Bocah itu menggerakkan tangannya yang digenggam dengan gerakan yang lemah, mencoba melepaskan genggaman tersebut, "Pergi..." ujar bocah itu lirih, "Aku tak kenal Anda... PERGI!"

Lalu ia terbatuk. Batuk yang datang di saat yang tak tepat. Membuat tubuhnya yang masih dalam pemulihan terguncang hingga ia meronta, mengerang akibat rasa sakit pada punggungnya yang terasa terbakar. Air matanya merembes keluar dari sudut matanya tanpa bisa ia tahan. Ia tergolek lemas dengan nafas sesak kemudian. Menatap orang asing yang tak dikenalnya dengan mata terbuka setengah... "Pergi..." Orang asing itu membuatnya takut.

Label:



Profile
your zone for roleplaying


Janani ;DD
Blog ini dibuat untuk para RPers yang tidak sempat menyelesaikan plot RPnya di RPF mana pun. Blog ini dibuat untuk para RPers yang ingin nge-RP dengan setting dunia sebebas-bebasnya. Caranya? IM saya ke usaneko_uq (YM) dan beritahukan gmail Anda untuk saya invite menjadi penulis di blog ini. Atau kirimkan post RP Anda lewat email ke usaneko_uq@yahoo.com


Tagboard
scream out loud

Contents
roleplay title on going

Freedom ||. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend. Friend.

Archives
gone with the wind

Desember 2010

Credits
take a bow

Designer
Inspiration